DAMPAK
PSIKOLOGIS ANAK YANG DI BULLY
Akhir-akhir ini kasus akibat kekerasan di
sekolah makin sering ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun yang
kita saksikan di layar televisi. Selain tawuran antar pelajar sebenarnya ada
bentuk-bentuk perilaku agresif atau kekerasan yang mungkn sudah lama terjadi di
sekolah-sekolah, namun tidak mendapat perhatian, bahkan mungkin tidak dianggap sesuatu hal yang serius. Misalnya bentuk
intimidasi dari teman-teman atau pemalakan, pengucilan diri dari temannya,
sehingga anak jadi malas pergi ke sekolah karena merasa terancam dan takut,
sehingga bisa menjadi depresi tahap ringan dan dapat mempengaruhi belajar di
kelas.
1. Pengertian Bullying
Bullying berasal dari bahasa Inggris (bully)
yang berarti menggertak atau mengganggu. Banyak definisi tentang bullying ini,
terutama yang terjadi dalam school bullying. Riauskina, Djuwita, dan Soesetio
(2001) mendefinisikan school bullying:
sebagai perilaku agresif kekuasaan terhadap
siswa yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/kelompok siswa yang memiliki
kekuasaan, terhadap siswa lain yang lebih lemah dengan tujuan menyakiti orang
tersebut
Mereka kemudian mengelompokkan bullying ke
dalam 5 kategori:
A.
Kontak fisik langsung; (memukul,
mendorong, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-barang
yang dimliki orang lain).
B.
Kontak verbal langsung: (mengancam,
mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name–calling),
sarkasme, merendahkan (put-down), mencela/mengejek, mengintimidsi, mengejek,
menyebarkan gosip)
C.
Perlaku non-verbal langsung;
(melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang
merendahkan, mengejek, atau mengancam, biasanya disertai oleh bullying fisik
atau verbal)
D.
Perilaku non verbal tidak langsung;
(mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak,
sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng)
E.
Pelecehan seksual; (kadang
dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal).
Definisi lain tentang
bullying dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Bullying adalah penggunaan
kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok, sehingga
korban merasa tertekan, trauma dan tidak berdaya.
b.
Bullying adalah bentuk-bentuk
perilaku berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara fisik maupun psikologis
terhadap seseorang atau kelompok yang lebih lemah oleh seseorang atau
sekelompok orang yang mempersiakannya lebih kuat. Terjadinya bullying di
sekolah menurut Salmivalli dan kawan-kawan merupakan proses dinamika kelompok dan
di dalamnya ada pembagian peran. Peran-peran tersebut adalah bully, asisten
bully, reinfocer, defender, dan outsider.
Bullyyaitu siswa yang dikategorikan sebagai
pemimpin, berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku bullying.
Asisten
bully juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun ia cenderung begantung
atau mengikuti perintah bully.
Rinfocer adalah mereka yang ada ketika
kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan, mentertawakan korban, memprofokasi
bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan sebagainya.
Defenderadalah orang-orang yang berusaha
membela dan membantukorban, sering kali akhirnya mereka menjadi korban juga.
Outsideradalah orang-orang yang tahu bahwa hal
itu terjadi, namun tidak melaukan apapun, seolah-olah tidak peduli
2. Mengapa Bullying?
Banyak sekali faktor penyebab mengapa
seseorang berbuat bullying. Pada umumnya orang melakukan bullying karena merasa
tertekan, terancam,terhina, dendam dan sebagainya. Bullying disebabkan oleh
korban dari keadaan lingkungan yang membentuk kepribaiannya menjadi agresif dan
kurang mampu mengendalikan emosi misalnya lingkungan rumah/keluarga yang tidak
harmonis yaitu sering terjadi pertengkaran orang tua yang dilakukan di depan
anak-anak, atau sering terjadi tindak kekerasan yang dilakukan orang tua
terhadap anaknya,anak yang terlalu dikekang atau serba dilarang atau anak yang
diakukan permisif.
Sementara itu Psikolog Clara Wriswanto dari
Jagadnita Counseling mengemukakan bahwa penyebab seseorang menjadi pelaku
“bullying” bisa dari berbagai faktor seperti orang tua yang terlalu memanjakan
anaknya, keadaan keluarga yang berantakan sehingga diri anak tersisihkan, atau
hanya karena anak tersebut meniru perilaku “bullying” dari kelompok
pergaulannya serta tayangan bernuansa kekerasan di internet atau televisi.
Lingkungan sekolah juga bisa menjadi faktor
penyebab anak melakukan bullying, misalnya guru yang berbuat kasar kepada
siswa, guru yang kurang memperhatikan kondisi anak baik dalam sosial ekonomi
maupun dalam prestasi anak atau perilaku sehari hari anak di kelas atau di luar
kelas bagaimana dia bergaul dengan teman-temannya. Teman yang sering meledek
dan mengolok-olok,menghina, mengejek dan sebagainya. Faktor lain yang
berpengaruh cukup kuat terhadap anak untuk berbuat bullying yaitu adanya
tayangan televisi yang sering mempertontonkan kekerasan.
3.
Dampak Bullying
Menurut Psikolog Ratna Juwita dari Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia, siswa korban “bulliyng” akan mengalami
permasalahan kesulitan dalam membina hubungan interpersonal dengan orang lain
dan jarang datang ke sekolah. Akibatnya, mereka (korban bullying) ketinggalan
pelajaran dan sulit berkonsentrasi dalam belajar sehingga hal tersebut
mempengaruhi kesehatan fisik dan mental baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Beberapa hal yang bisa menjadi indikasi awal bahwa anak mungkin sedang
mengalami “bullying” di sekolah antara lain; kesulitan untuk tidur, mengompol
di tempat tidur, mengeluh sakit kepala atau perut, tidak nafsu makan atau
muntah-muntah, takut pergi ke sekolah, sering perg ke UKS, menangis sebelum atau
sesudah bersekolah, tidak tertari pada aktivitas sosial yang melbatka murid
lain, sering mengeluh sakit sebelum pergi ke sekolah, sering mengeluh sakit
pada gurunya, dan ingin orang tua ingin segera menjemput pulang, perubahan
drastis pada skap, cara berpakaian, atau kebiasaannya.
Beberapa dampak fisik yang biasanya timbul
adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, bibir pecah-pecah dan sakit dada. Dampak psikologis yaitu menurunnya
kesejahteraan psikologis (psychological well-beeing). Dari penelitian Riauskima
dkk mengemukakan ketika mengalami bullying korban merasakan banyak emosi
negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan,takut, malu dan sedih).Yang
paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya
gangguan psikologis pada korban bullying seperti rasa cemas berlebihan, selalu
merasa takut, depresi, ingin bunuh diri dan gejala-gejala gangguan stres pasca
trauma (post trumatic stress disoder). Anak yang menjadi korban bullying atau
tindakan kekerasan fisik, verbal ataupun psikologis di sekolah akan mengalami
trauma besar dan depresi yang akhirnya bisa menyebabkan gangguan mental di masa
yang akan datang. Gejala-gejala kelainan mental yang biasanya muncul pada masa
kanak-kanak secara umum terbukti anak tumbuh menjadi orang yang pencemas, sulit
berko sentrasi, mudah gugup dan takut, hingga tak bisa bicara. Beberapa hal
yang menjadi tanda-tanda anak korban bullying :
Kesulitan dalam bergaul
Merasa takut datang ke
sekolah sehingga sering bolos
Ketinggalan pelajaran
Mengalam keulitan
berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran
Kesehatan fisik dan
mental (jangka pendek/jangka panjang) akan terpengaruh
4. Cara Mengatasi Bullying
Pencegahan agar anak tidak menjadi pelaku
bullyingmenghimbau para orang tua untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak
sejak dini. Ajarkan anak untuk memliki rasa empati, menghargai orang lain, dan
menyadarkan sang anak bahwa dirinya adalah mahluk sosial yang membutuhkan orang
lain dalam kehidupannya. Menurut Ratna mendesak pemerintah agar memiliki
program yang tegas, jelas dan terarah, kalau kita diam saja, maka itu sama saja
dengan melegalkan tradisi dendam di sekolah tersebut. Dan merupakan bahaya
laten yang akan kerap menghantui para siswa sekolah, baik pada generasi ini,
dan pada generasi mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Ratna Djuwita, (2007).Bullying: Kekerasan Terselubung di Sekolah.
http://www.anakku.net, 16 Desember 2007. Sarie
Fabriane, (2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar